Mengelola Stres Dalam Mengasuh Anak
"Kalau boleh saya minta sama Tuhan, terkadang saya ingin kembali kemasa-masa sebelum menikah. Saya tidak dipusingkan dengan repotnya urusan mengasuh anak. Saya benar-benar stres menghadapi kelakuan anak saya. Saya benar-benar stres meghadapi kelakuan anak saya. Hampir tiap hari ada saja ulahnya. Kalau makan berantakan, mainan tidak dibereskan, rebutan mainan dan berantem sama anak tetangga atau teman disekolah, sering lupa bikin PR, macam-macam....ujung-ujungnya saya pun marah-marah, bahkan sampai pernah memukul anak saya. Habis itu saya menyesal. Tolong saya!"(seorang Ibu yang tidak ingin disebutkan namanya diYogyakarta)
Ayah dan bunda yang baik hati, sebagai manusia tentulah kita pernah mengalami masa jenuh dan lelah dalam melakukan suatu hal termasuk dalam mengasuh dan membesarkan anak kita. Hal ini terutama dirasakan bagi orang tua bekerja yang selain direpotkan dengan urusann mengasuh anak, juga bertanggung jawab terhadap urusan kantor / pekerjaan. Jika tidak diatasi dengan baik, kadang kala tanpa disadari kita justru menumpahkan emosi negatif kepada anak-anak dirumah. Alih-alih menyelesaikan masalah justru kita mengalami dilema yang semakin kusut tak tentu ujungnya.
Ayah dan Bunda yang terkasih, stres merupakan reaksi tubuh pada seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Mengasuh anak bisa menjadi salah satu pemicu stres. Gejala-gejala stres antara lain berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan.
Khusus didalam mengasuh dan mendidik anak-anak setiap orang tua punya cara sendiri untuk mengungkapan stres yang dialami. Ada orangtua yang menjadi lebih pendiam ketika sedang stres, ada orangtua yang menjadi lebih emosional, ada orangtua yang menangis, marah, bertingkah laku konyol atau cemas yang berlebihan saat sedang stres. Ada juga orangtua yang sering pusing atau selalu merasa dirinya sakit.
Jika hal ini terus berkelanjutan dan tidak ditangani, maka dapat memberikan pengaruh yang buruk, bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi anak-anak yang diasuh. Reaksi dan tindakan kita pada saat stres dalam megasuh anak dapat ditangkap oleh anak sebuah kemarahan, kebenciann dan hilangnya kasih sayang oranngtua yang meninggalkan trauma bagi anak khususnya dalam berinteraksi dengan orangtuanya.
Ayah dan Bunnda yang dikasihi Tuhan,
Untuk menguatkan diri kita agar tidak mudah stres dalam mengasuh anak sekaligus langkah awal mengantisipasi stres ada beberapa hal yang perlu kita pahami yakni :
1. Kita harus selalu menyadari bahwa kehadiran anak dalam sebuah ikatan pernikahan adalah sesuatu yang ditunggu oleh setiap pasangan. Terkadang ada pasangan yang bahkan melakukan berbagai jenis pengobatan dan terapi ketika belum dikaruniai anak. Cara bersyukurnya adalah dengan berusaha semaksimal mungkin tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun, sebab menyakiti anak berarti menyakiti pemberian Tuhan.
2. Usahakan saat berinteraksi dengan anak kita dalam kondisi lapar, haus, lelah, sedih ataupun ngantuk. Situasi-situasi tersebut amatlah mudah memicu stres kita ketika melihat tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan harapan. Jika kita mengalami situasi tersebut, lebih baik menghinndar dan serahkan untuk sementara kepada pihak lain.
3. Jujurlah dalam menilai masalah. Jika yang dihadapi adalah masalah kita maka selesaikanlah sendiri. Tak ada salahnya sesaat 'menjauh' atau menngambil jarak dari anak. Usahakan memperoleh udara segar, keluar ruangan, dan sejenak lepaskan pandangan ke sekeliling ayah bunda. Tak dapat dipungkiri prilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita, menambah tingkat stres yang telah muncul sebelumnya, entah karena faktor pekerjaan atau masalah lain.
4. Bekerjasamalah dengan pasangan kita dalam mengasuh anak, agar dapat berbagi beban. Hal ini khususnya bagi orangtua yang memiliki jumlah anak yang banyak, serta jarak usia mereka yang berdekatan. Tentulah amat lelah jika menangani semua anak sendirian.
5. Merencanakan waktu bagi kita untuk melakukan aktivitas sendiri yang biasa kita sebut sebagai "Me Time". Hal ini guna mengatasi rasa jenuh dalam mengasuh anak seraya menghibur diri dengan aktivitas yang kita sukai seperti mendengarkan musik atau membaca novel. Sebisa mungkin dalam sebulan kita ada waktu satu hari untuk memiliki "Me Time".
6. Rajinlah menambah pengetahuan khususnya mengenai tahapan perkembangan anak dari berbagai sumber: majalah, koran, radio, televisi, internet, atau berbagi penngalaman dengan orangtua lainnnya. Banyak kasus ketidakmampuan orangtua menangani anak hingga berujung pada stres diakibatkan oleh ketidaktahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak dan cara atau kiat-kiat penanganannya.
7. Melakukan analisa atau mencari sebab prilaku anak yang kerap kali memicu stres kita untuk kemudian menyiapkan langkah antisipasinya. Contohnya, saat anak berebutan mainan maka sejak awal kita sudah mempersiapkan mainan alternatif yang bisa dipakai bersama. Atau prilaku anak yang suka mengotori lantai saat bermain, maka kita bisa menyiapkan alas ditempat anak bermain yang mudah seketika dibersihkan. (Sumber: Buku Orangtua Bintang Anak Bintang)
Ayah dan bunda yang baik hati, sebagai manusia tentulah kita pernah mengalami masa jenuh dan lelah dalam melakukan suatu hal termasuk dalam mengasuh dan membesarkan anak kita. Hal ini terutama dirasakan bagi orang tua bekerja yang selain direpotkan dengan urusann mengasuh anak, juga bertanggung jawab terhadap urusan kantor / pekerjaan. Jika tidak diatasi dengan baik, kadang kala tanpa disadari kita justru menumpahkan emosi negatif kepada anak-anak dirumah. Alih-alih menyelesaikan masalah justru kita mengalami dilema yang semakin kusut tak tentu ujungnya.
Ayah dan Bunda yang terkasih, stres merupakan reaksi tubuh pada seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Mengasuh anak bisa menjadi salah satu pemicu stres. Gejala-gejala stres antara lain berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan.
Khusus didalam mengasuh dan mendidik anak-anak setiap orang tua punya cara sendiri untuk mengungkapan stres yang dialami. Ada orangtua yang menjadi lebih pendiam ketika sedang stres, ada orangtua yang menjadi lebih emosional, ada orangtua yang menangis, marah, bertingkah laku konyol atau cemas yang berlebihan saat sedang stres. Ada juga orangtua yang sering pusing atau selalu merasa dirinya sakit.
Jika hal ini terus berkelanjutan dan tidak ditangani, maka dapat memberikan pengaruh yang buruk, bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi anak-anak yang diasuh. Reaksi dan tindakan kita pada saat stres dalam megasuh anak dapat ditangkap oleh anak sebuah kemarahan, kebenciann dan hilangnya kasih sayang oranngtua yang meninggalkan trauma bagi anak khususnya dalam berinteraksi dengan orangtuanya.
Ayah dan Bunnda yang dikasihi Tuhan,
Untuk menguatkan diri kita agar tidak mudah stres dalam mengasuh anak sekaligus langkah awal mengantisipasi stres ada beberapa hal yang perlu kita pahami yakni :
1. Kita harus selalu menyadari bahwa kehadiran anak dalam sebuah ikatan pernikahan adalah sesuatu yang ditunggu oleh setiap pasangan. Terkadang ada pasangan yang bahkan melakukan berbagai jenis pengobatan dan terapi ketika belum dikaruniai anak. Cara bersyukurnya adalah dengan berusaha semaksimal mungkin tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun, sebab menyakiti anak berarti menyakiti pemberian Tuhan.
2. Usahakan saat berinteraksi dengan anak kita dalam kondisi lapar, haus, lelah, sedih ataupun ngantuk. Situasi-situasi tersebut amatlah mudah memicu stres kita ketika melihat tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan harapan. Jika kita mengalami situasi tersebut, lebih baik menghinndar dan serahkan untuk sementara kepada pihak lain.
3. Jujurlah dalam menilai masalah. Jika yang dihadapi adalah masalah kita maka selesaikanlah sendiri. Tak ada salahnya sesaat 'menjauh' atau menngambil jarak dari anak. Usahakan memperoleh udara segar, keluar ruangan, dan sejenak lepaskan pandangan ke sekeliling ayah bunda. Tak dapat dipungkiri prilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita, menambah tingkat stres yang telah muncul sebelumnya, entah karena faktor pekerjaan atau masalah lain.
4. Bekerjasamalah dengan pasangan kita dalam mengasuh anak, agar dapat berbagi beban. Hal ini khususnya bagi orangtua yang memiliki jumlah anak yang banyak, serta jarak usia mereka yang berdekatan. Tentulah amat lelah jika menangani semua anak sendirian.
5. Merencanakan waktu bagi kita untuk melakukan aktivitas sendiri yang biasa kita sebut sebagai "Me Time". Hal ini guna mengatasi rasa jenuh dalam mengasuh anak seraya menghibur diri dengan aktivitas yang kita sukai seperti mendengarkan musik atau membaca novel. Sebisa mungkin dalam sebulan kita ada waktu satu hari untuk memiliki "Me Time".
6. Rajinlah menambah pengetahuan khususnya mengenai tahapan perkembangan anak dari berbagai sumber: majalah, koran, radio, televisi, internet, atau berbagi penngalaman dengan orangtua lainnnya. Banyak kasus ketidakmampuan orangtua menangani anak hingga berujung pada stres diakibatkan oleh ketidaktahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak dan cara atau kiat-kiat penanganannya.
7. Melakukan analisa atau mencari sebab prilaku anak yang kerap kali memicu stres kita untuk kemudian menyiapkan langkah antisipasinya. Contohnya, saat anak berebutan mainan maka sejak awal kita sudah mempersiapkan mainan alternatif yang bisa dipakai bersama. Atau prilaku anak yang suka mengotori lantai saat bermain, maka kita bisa menyiapkan alas ditempat anak bermain yang mudah seketika dibersihkan. (Sumber: Buku Orangtua Bintang Anak Bintang)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus